“Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya
mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus
hidup bersama da’wah dan da’wah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya,
barangsiapa yang lemah dalam memikul beban ini, ia terhalang dari pahala besar
mujahid dan tertinggal besama orang-orang yang duduk. Lalu Allah SWT akan
mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul
beban da’wah ini”.
( Syahid Hasan Al Banna )
Pejuang adalah seorang yang berjuang dalam barisan
kebenaran dengan sepenuh hati, mujahadah (sungguh-sungguh), tanpa pamrih dan
penuh keikhlasan. Tegaknya dakwah islam sudah pasti aka terjadi ketika para
pelaku dakwahnya bermental pejuang dan totalitas bukan pecundang. Teringat
kata-kata seorang mujahid dr. Abdullah Azzam “Peradaban Islam diukir oleh dua
hal: hitam tinta para ulama dan merah darah para syuhada. Keduanya bersinergi
mengguncang dunia, memecah simpul-simpul zalim yang mengikat kejayaan Islam
sekian lama. Jika tak ada ruang untuk memilih diantara keduanya, maka
melaksanakan keduanya adalah puncak kemuliaan”
Kata-kata yang sarat makna dan motivasi tinggi dalam
langkah perjuangan ini, medan dakwah yang penuh onak dan duri. Dimana batu
terjal, halangan, rintangan cacian dan makian bahkan ancaman menjadi makanan
kesehariannya. Medan dakwah itu bernama kampus, kampus adalah medan dakwah yang
sulit dan unik dalam aktualisasi. Dimana sasaran dakwah diarahkan keorang-orang
muda yang berintelektual bukan orang umum. Kampus meruapakan medan dakwah gersang
yang penuh dengan tantangan. Berdakwah dikalangan intelektual muda pasti sangat
berbeda dengan berdakwah dikalangan orang-orang awam. Maka dari itu diperlukan
strategi dan analisa mendalam demi keberhasilan dakwahnya.
Medan dakwah yang sulit memerlukan sdm (sumber daya
manusia) yang kuat dan energik. Dakwah dibangun diatas perjuangan dan
pengorbanan bukan kelemahan apalagi keputusasaan. Pengemban dakwah adalah
orang-orang terpilih yang secara empaty ikut berkontribusi dalam perjuangan
dakwah didasari ketulusan hati dan keikhlasan tanpa pamrih semata-mata hanya
karena ridho Allah SWT. Ada sebuah hadits shahih yang harusnya menginspirasi
para pejuang dakwah kampus saat ini “Muslim yang kuat lebih Allah cintai dari
pada muslim yang lemah”. Kuat disini bukan dalam arti fisik saja, tapi
komprehensif, seperti mental, jiwa, keistiqomahan dan semangatnya.
Seorang aktivis dakwah kampus harus survive (bertahan)
dan tetap fight (bertarung) dalam kondisi apapun itu. Baik dalam keadaan ringan
ataupun berat (qs. At – taubah : 41). Dia teteap sitiqomah dan mampu membuat
sebuah terobosan dan instrumen baru dalam metode pergerakan dakwahnya.
Keberhasilan dakwah dipastikan karena para pelaku dakwahnya memiliki
nilai-nilai keistiqomahan, intelektual yang tinggi, tidak mudah putus asa,
menyerah, apalagi mengeluh kesah. Usaha dan kerja keras harus selalu jadi
jargon perjuangan dan jadi semangat tanpa batas juga militansi tinggi dihati
para aktivis dakwah. Dimana mereka harus seantiasa menanamkan azzam dalam
setiap aktivitas dakwahnya meskipun keberhasilan belum terlihat sama sekali
karena semangat tanpa batas adalah kunci masa depan yang gemilang.
Seorang aktivis dakwah kampus tidak boleh kalah oleh
tribulasi-tribulasi (masalah-masalah) pribadi yag menimpanya. Dia harus bisa
memanage emosinya dan tetap berkontribusi dalam dakwah bukan sebaliknya mundur
dan menyerah dengan alasan tidak sanggupmenghadapi masalah. Harusnya dia
melihat sejarah para generasi awalun dan catatan sejarah para pejuang dakwah
terdahulu yang rela mengorbankan harta, nyawa, dan masalah pribadinya demi
tegaknya dakwah islam ini. Dakwah akan tegak ketika para pengembannya lebih
mencintai dakwah ini dari pada pribadinya. Aka tetapi bukan berarti tidak sama
sekali megurusi atau meninggalkan udzur (masalah) pribadinya, tetapi sikap
tawajun (seimbang) yang jadi pedoman dan sandaran.
Apabila dakwah ini dipikul oleh orang-orang yang lemah
maka sudah dipastikan kemenangan hanya akan jadi mimpi tanpa visi. Dimana
harapan kosong yang akan selalu terbayang dalam hati dan terbuang dikala sepi.
Orang yang bertindak atas pragmatisme dan oportunisme maka sudah pasti sikap
pengecut dan kerdilyang akan terlihat. Maka dari itu pelaku dakwah kampus
haruslah meluruska niat dan mengazamkan kekuatan tanpa berfikir untung dan rugi
karena hanya allahlah yang bisa menilai dan memberi imbalan itu semua berupa
nikmat sebagai syuhada dan syurga. Setiap perjuangan dan pengorbanan yang
dilakukan pejuang dakwah gagal atau berhasilnya hendaklah dijadikan pelajaran
untuk kesempurnaan bukan kelalaian. Sehingga akan terjadi transformasi, inovasi
juga evaluasi dalam pergerakan dakwah ketika dakwahnya gagal atau berhasil.
Karena pengalaman adalah guru terbaik dan catatan manis peta petunjuk jalan
yang dijadikan referensi dalam pergerakan dakwah.
Dakwah yang dibangun diatas kelemahan sudah pasti
tidak akan bertahan lama dimana akanmudah pudar dan hancur disertai
keterpurukan yang berkepanjangan. Karena akanmenimbulkan sikap dan mental tempe
para aktivisnya. Dakwah kampus harus dibangun diatas kefahaman, manhaj yang
jelas dan militansi tanpa batas. Sehingga para pelaku dakwah kampus bisa
melakuka explorasi dan instrumen yang visioner dalam melangkah. Dakwah kampus
hendaklah diemban oleh orang-orang yang tangguh, kuat, teguh dan ikhlas,
keistiqomahan adalah kunci kemenagan dan keputusasaan adalah kunci kekalahan.
Wallahu’alam..
followback blog kak, makasih
BalasHapus